Sekilas Info:

SELAMAT dan Sukses Pembangunan Renovasi Kawasan Wisata Hutan Umbul Songo Kopeng dan Mata Air Kopeng tahun 2018

Thursday, 4 April 2013

Sejarah Hotel Kopeng



PENELUSURAN  Sejarah Hotel Kopeng

Abstrak
Hotel Kopeng yang di era pemerintahan repelita 2 s/d 4 presiden soeharto antara tahun 1985 s/d 1990  disebut Taman Rekreasi dan Pemandian Kopeng, kemudian di tahun 1998 berubah lagi namanya menjadi Hotel Kartika Wisata. Hingga sekarang.
Kalau kita berbicara sejarah berdirinya Hotel Kopeng ini, kita tidak akan mempunyai data sejarah yang benar-benar tepat, karena cacatan sejarah yang ada, hanyalah merupakan informasi catatan-catatan peristiwa yang sifatnya turun temurun. Dari penduduk setempatpun banyak dijumapai versi yang berbeda. Satu-satunya catatan resmi peristiwa yang masih tersisa menurut pengelola hotel ada diarsip Koperasi TNI Angkatan Darat  yang ada  di Kodam IV Diponegoro Semarang, yang saai ini disingkat PUSKOPAD, itupun tidak bisa menuturkan secara detail mengenai asal muasal berdirinya Bangunan Sejarah Milik Orang Belanda ini.

Sekilas Sejarah Singkat Hotel Kartika Wisata/ hotel Kopeng
Menurut Catatan Pengelola Hotel Kopeng

Adapun Sejarah singkat berdirinya Taman rekreasi dan Pemandian Kopeng ini berdasar tulisan dan catatan pengelola Hotel kartika Wisata sebagaimana di muat di website-nya adalah sebagai berikut:

Pada tahun 1922, seorang berkebangsaan Belanda bernama Booh Ma De Boor mendirikan bangunan megah di Desa Kopeng. Bangunan ini digunakan sebagai tempat peristirahatan yang diberu nama NV HUIZE DENNEN BOSCH, yang menempati lahan seluas kurang lebih 3,2 hektar. Oleh pendirinya, tempat ini hanya diperuntukkan bagi bangsa Belanda atau bagi orang yang dianggap sederajat dengan mereka.

Ulasan sejarah hotel kopeng versi penulis 1
Merujuk tulisan sejarah diatas perihal ketingkatan kelas sederajat ini dibuktikan denganterkenalnya kopeng oleh orang-orang Jakarta di tahun 50 an memang banyak pembesar-pembesar belanda dari Jakarta yang datang dan menginap di kopeng. Tak heran juga jika di era tahun 50 hingga 90 an kopeng sangat di kenal oleh orang-orang jakarta seperti hampir semua bintang film layar lebar era 60 an ke atas dan juga banyak pembesar dan pejabat negara waktu itu yang datang dan berlibur di kopeng. Ini semua tak terlepas dari informasi yang di bawa orang belanda ke Jakarta saat itu, yang kemudian menular ke orang-orang elit di Jakarta secara turun temurun.

Dan  Ini semua membuktikan bahwa hotel ini memang di peruntukkan untuk orang dan kalangan terhormat dan berkelas, baik semasa pemerintaan belanda dan paska kemerdekaan.  Keterangan ini di perkuat di lapangan dengan model bangunan yang memang cukup lengkap berasitektur dasar eropa dan didisain insinyur belanda, yang dilengkapi dengan kolam renang standart olahraga kejuaraan, dengan aula kafe, taman dan restorannya, ruang pertemuan, gedung aula utama, bangunan wisma tidur dengan banyak kamar dan penginapan, taman bermain anak, taman pepohonan bunga dan ikan, lapangan tennis, dilengkapi dengan gedung dan penginapan atlet (sudah di robohkan tahun 2002), dan pelataran parkir,. Bahkan sampai sekarang bangunan ini memang benar-benar masih nampak kokoh dan dirancang untuk area sebuah hotel yang bertarap nasional dan tidak kalah dengan semua fasilitas lingkungan layaknya Hotel-hotel baru saat ini, hanya saja bangunanya yang sudah mulai nampak kusam di sana-sini karena kurangnya perawatan dan pengeloaan yang benar. Inilah sebenarnya akset nyata desa kopeng yang mempunyai situs wisata bangunan peninggalan jaman colonial belanda yang tak ternilai harganya, untuk itu pada dasarnya pengelola harus sudah mulai berfikir untuk segera merenovasi dan mengembalikan bangunan yang mulai rusak dimakan usia agar tetap lestari, sebagai cagar budaya peninggalan belanda dan kopeng bisa kembali jaya seperti 35 tahun silam. Inilah harapan besar seluruh warga kopeng saat ini.

Kutipan sejarah hotel kopeng berikutnya
Saat zaman pendudukan Jepang tahun 1942, tempat peristirahatan ini dikuasai oleh bangsa Jepang. Namun Jepang hanya mampu menguasainya sampai tahun 1945, karena Jepang kalah dalam perang Dunia II. Sehingga tempat peristirahatan tersebut dikuasai oleh Bangsa Indonesia, yang kemudian diberi nama Hotel Merdeka. Namun dalam kurun waktu dua tahun dari tahun 1947 sampai dengan 1949 Bangsa Belanda datang lagi ke Indonesia dengan membonceng NICA, saat itu pula Belanda menduduki lagi Hotel Merdeka yang selanjutnya dibumi hanguskan oleh penduduk setempat, bangunan yang tersisa dijadikan rumah sakit dan markas militer Belanda.” Data di lapangan Satu tahun kemudian tepatnya oleh Bangsa Indonesia dibawah pimpinan Soekatgo. Pada tahun 1952 tempat tersebut diserahkan kepada Dinas Perhutani setempat. Oleh Dinas Perhutani tempat tersebut dijual kepada seorang berkebangsaan Tionghoa bernama Tan Kim Yang hingga tahun 1959, yang dikelola sebagai taman rekreasi dan tempat peristirahatan. Dengan berjalannya waktu muncul Peraturan Pemerintah Indonesia bahwa tanah bekas milik Belanda tidak boleh dijual kepada perorangan, maka tanah tersebut diambil alih oleh Kejaksaan Negeri setempat. Oleh Kejaksaan negeri pada tanggal 9 Februari 1959 tanah berserta isinya tersebut diresmikan dan diberi nama Taman Rekreasi dan Pemandian Kopeng, yang dikelola oleh Koperasi Angkatan Darat Dam VII/Diponegoro sekarang PUSKOPAD Dam IV/Diponegoro.

Ulasan sejarah hotel kopeng versi penulis 1berikutnya
Dari data hasil penulusuran penulis untuk nama Hotel Merdeka menurut data orang tua kakek buyut penulis nama ini adalah ide dari pejuang lokal yang memenangkan perang dengan jepang kala itu. Mengenai pengancuran dan pembumihangusan hotel merdeka menurut penduduk tua kelahiran tahun 1930 an dan berdasar tempat-tempat yang ada yaitu bekas tempat bangunan yang hancur dan terpendam, nampaknya bukan bangunan hotel kopeng yang saat ini masih ada, akan tetapi bangunan yang mirip komplek atau asrama yang terletak tanah di atas area bangunan hotel dimana tanah bekas bangunan saat ini berdiri SD Inpres kopeng 3 dan Balai desa kopeng serta lapangan bola kopeng. Hal ini di perkuat karena di area itu merupakan lahan milik desa yang digunakan oleh desa dan bukan milik perorangan atau warga, disamping itu disekitar area itu tahun 90 an dimana penulis masih duduk di kelas 2 SMP, masih  banyak di temukan reruntuhan dan bekas-bekas batu bata dari sebuah bangunan yang di hancurkan, kemudian di lahan penduduk ditemukan juga bekas jalan aspal dan bebatuan struktur jalan yang menuju komplek area balai desa. Peristiwa ini ditemukan saat warga sekitar lapangan membangun pondasi rumah tahun 95 yang lalu.
Menurut tulisan di sejarah versi pengelola kopeng tertulis ada bangunan yang dibumi hanguskan oleh penduduk setempat, bangunan yang tersisa dijadikan rumah sakit dan markas militer Belanda. Bukti secara fisik mengenai peristiwa ini, sampai sekarang sudah penulis telusuri belum ditemukan  dimana lokasi keberadaan bangunan yang nota bene dijadikan markas militer dan rumah sakit belanda itu. Kalau memang benar bangunan ini ada karena tidak ikut di hancurkan oleh pendudk seharusnya masih ada, akan tetapi dimana, ini yang masih menjadi teka-teki penulis. Kalau berdasarkan informasi dan cerita masyarakat sekitar informasi ini merujuk ke sebuah gedung berlantai 3, yaitu yang berlokasi di dekat lapangan tennis yang saat ini masih ada, akan tetapi semenjak tahun 2002 silam banguna ini sudah dirobohkan karena sudah rapuh dan berbahaya, bangunan ini seingat penulis memag mirip sebuah asrama berlantai 3 dengan banyak kamar-kamar mirip rumah susun waktu itu. Waktu itu diberi nama wisma ………... (mohon maaf penulis agak lupa , mohon tunggu edit tulisan I ini). Jika ini benar yang menjadi pertanyaan apakah bangunan Hotel Merdeka yang ikut di hancurkan penduduk kala itu bekas lokasinya dimana? Karena jika yang diberi nama hotel merdeka itu adalah hotel kopeng atau hotel kartika wisata saat ini, nampaknya agak janggal, karena bangunan ini baik-baik saja.

Merujuk versi sejarah yang menuturkan keterlibatan orang berkebangsaan cina yang bernama “ Tan Kim Yang” yang disebutkan sebagai pembeli lokasi hotel kopeng, yang menurut cerita tak bertuan adalah penduduk yang berdomisili di kota salatiga 12 km dari kopeng, dimana dia adalah pedagang cina keturunan yang sangat kaya perantauan dari Jakarta yang pergi ke kota salatiga  saat itu guna mengembangkan bisnisnya di kota kecil salatiga, hal ini dapat di telusuri akan sisa sejarah pedukungnya dimana memang di kota salatiga banyak sekali orang-orang tiong hoa yang menetap, sehingga salatiga dijuluki kota warga cina, beragama campuan antara Kristen dan khonghucu, sebagai bukti intelektual di kota salatiga terdapat Sebuah Universitas yang sudah cukup tua dan merupakan milik yayasan Kristen yang saat ini bernama Universitas Kristen Satyawacana (UKSW) salatiga, dimana di era tahun 90 an hingga 2000 hampir 85% mahasiswanya adalah anak-anak keturunan cina.
Menurut cerita kakek buyut penulis diceritakan bahwa di tahun sesudah  tahun 1952 hingga tahun 1959 dimana saat itu hotel kopeng menjadi milik Tan Kim Yang, bersamaan dengan itu banyak tanah-tanah milik penduduk yang juga di beli oleh warga cina baik dari salatiga ataupun Jakarta, dan mereka membangun Villa-villa penginapan kelurga di sekitar area hotel pemandian kopeng, tepatnya di sebelah timur utara dan barat. Dan hal ini memang dapat dibuktikan kebenaranya karena memang di sekitar area induk hotel kopeng banyak berdiri bangunan berbentuk Villa Peristirahatan atau villa liburan, adapun bangunan Villa itu diantaranya bernama, Villa Mimosa (sudah roboh), Villa Hysola, Villa cemara dua, Villa Amal Gamasi, Villa Indra,  Villa Jakarta Loyt (sudah alih fungsi menjadi rumah penduduk)………


Semua bangunan ini rata-rata bercorak cina eropa, dengan luas halaman yang cukup luas, berpagar kayu, dan terdapat pohon cemara disana sini. Saking tuanya bangunan-bangunan ini hingga saat ini banyak yang tak terurus semenjak pekerja atau penjaga yang merupakan penduduk setempat sudah tua dan meninggal, dan bahkan di tinggalkan begitu saja oleh pemiliknya yang syah, dan bahkan beberapa diantaranya desa kesulitan untuk menemui ahli warisnya guna kepastian hukum beberapa bangunan villa ini. Disamping itu juga di tahun 55 hingga 60 –an juga berdiri wisma-wisma yang didirikan oleh kesatuan dari angakatan darat seperti Wisma Akabri, Wisma Garuda (hotel Garuda saat ini), Wisma Patuh, Wisma Teguh.

Dari kondisi sejarah dan fakta inilah tak mustahil jika 35 tahun silam kopeng dan Jakarta bak tuan dan nyonya, Jakarta berliburnya adalah ke kopeng, dan kopeng adalah istana peristirahatanya orang-orang berduit dari Jakarta, seperti yang pernah penulis tulis di halaman lain blog ini. Ini semua tak terlepas dari warga keturunan dari cina perantauan ini.

Catatan buat Pembaca.
Jika anda adalah keturunan ataupun orang yang sedikit banyak mengetahui sejarah Villa-villa tua di kopeng ini, dan bahkan Bangunan Hotel kopeng yang masih ada saat ini, penulis sangat senang jika anda para pembaca mau mengirimkan ulasan-ulasan ataupun cerita dan bahkan bukti dari situs hotel dan komplek wisata kopeng jika anda punya, guna kelengkapan tulisan dan kekayaan informasi sejarah tempat lahirnya penulis ini. Ini semua semata-mata untuk sekedar catatan buat generasi penerus anak dan cucu kelak, agar tak melupakan sejarah yang sangat tak ternilai harganya ini. Penulis tunggu emailnya di : uttan_ku@yahoo.co.id. Pesan penulis jika anda seorang mahasiswa jurusan Sejarah ataupun jurusan yang terkait dan ingin mencari sebuah studi penelitian mengenai sejarah cagar budaya, mungkin di kopeng ini bisa anda jadikan alternatip buat anda studi lebih lanjut. Silahkan ditelusuri dan penulis siap membantu sebisa penulis, akhir kata untuk sementara hanya ucapan terimakasih buat seluruh pembaca blog ini.

Salam Bahagia
Terima kasih atas Bantuanya.

Selamat Datang Kopeng Waterpark & Salam Kenal Kopeng Outbound

Selamat Datang Kopeng Waterpark & Salam Kenal Kopeng Outbound
Waterpark &Outbound Area