PENELUSURAN Sejarah Hotel Kopeng
Abstrak
Hotel Kopeng
yang di era pemerintahan repelita 2 s/d 4 presiden soeharto antara tahun 1985
s/d 1990 disebut Taman Rekreasi dan
Pemandian Kopeng, kemudian di tahun 1998 berubah lagi namanya menjadi Hotel
Kartika Wisata. Hingga sekarang.
Kalau kita berbicara sejarah
berdirinya Hotel Kopeng ini, kita tidak akan mempunyai data sejarah yang
benar-benar tepat, karena cacatan sejarah yang ada, hanyalah merupakan
informasi catatan-catatan peristiwa yang sifatnya turun temurun. Dari penduduk
setempatpun banyak dijumapai versi yang berbeda. Satu-satunya catatan resmi peristiwa
yang masih tersisa menurut pengelola hotel ada diarsip Koperasi TNI Angkatan
Darat yang ada di Kodam IV Diponegoro Semarang, yang saai
ini disingkat PUSKOPAD, itupun tidak bisa menuturkan secara detail mengenai
asal muasal berdirinya Bangunan Sejarah Milik Orang Belanda ini.
Sekilas Sejarah Singkat Hotel Kartika Wisata/
hotel Kopeng
Menurut Catatan Pengelola Hotel Kopeng
Adapun Sejarah singkat berdirinya
Taman rekreasi dan Pemandian Kopeng ini
berdasar tulisan dan catatan pengelola Hotel kartika Wisata sebagaimana di muat
di website-nya adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1922, seorang
berkebangsaan Belanda bernama Booh Ma De
Boor mendirikan bangunan megah di Desa Kopeng. Bangunan ini digunakan
sebagai tempat peristirahatan yang diberu nama NV HUIZE DENNEN BOSCH, yang menempati lahan seluas kurang lebih 3,2
hektar. Oleh pendirinya, tempat ini hanya diperuntukkan bagi bangsa Belanda
atau bagi orang yang dianggap sederajat dengan mereka.
Ulasan
sejarah hotel kopeng versi penulis 1
Merujuk tulisan sejarah
diatas perihal ketingkatan kelas sederajat ini dibuktikan denganterkenalnya
kopeng oleh orang-orang Jakarta di tahun 50 an memang
banyak pembesar-pembesar belanda dari Jakarta
yang datang dan menginap di kopeng. Tak heran juga jika di era tahun 50 hingga 90
an kopeng sangat di kenal oleh orang-orang jakarta seperti hampir semua bintang film
layar lebar era 60 an ke atas dan juga banyak pembesar dan pejabat negara waktu
itu yang datang dan berlibur di kopeng. Ini semua tak terlepas dari informasi
yang di bawa orang belanda ke Jakarta saat itu,
yang kemudian menular ke orang-orang elit di Jakarta secara turun temurun.
Dan Ini semua membuktikan bahwa hotel ini memang
di peruntukkan untuk orang dan kalangan terhormat dan berkelas, baik semasa
pemerintaan belanda dan paska kemerdekaan.
Keterangan ini di perkuat di lapangan dengan model bangunan yang memang
cukup lengkap berasitektur dasar eropa dan didisain insinyur belanda, yang dilengkapi
dengan kolam renang standart olahraga kejuaraan, dengan aula kafe, taman dan
restorannya, ruang pertemuan, gedung aula utama, bangunan wisma tidur dengan
banyak kamar dan penginapan, taman bermain anak, taman pepohonan bunga dan
ikan, lapangan tennis, dilengkapi dengan gedung dan penginapan atlet (sudah di
robohkan tahun 2002), dan pelataran parkir,. Bahkan sampai sekarang bangunan
ini memang benar-benar masih nampak kokoh dan dirancang untuk area sebuah hotel
yang bertarap nasional dan tidak kalah dengan semua fasilitas lingkungan
layaknya Hotel-hotel baru saat ini, hanya saja bangunanya yang sudah mulai
nampak kusam di sana-sini karena kurangnya perawatan dan pengeloaan yang benar.
Inilah sebenarnya akset nyata desa kopeng yang mempunyai situs wisata bangunan
peninggalan jaman colonial belanda yang tak ternilai harganya, untuk itu pada
dasarnya pengelola harus sudah mulai berfikir untuk segera merenovasi dan
mengembalikan bangunan yang mulai rusak dimakan usia agar tetap lestari, sebagai
cagar budaya peninggalan belanda dan kopeng bisa kembali jaya seperti 35 tahun
silam. Inilah harapan besar seluruh warga kopeng saat ini.
Kutipan sejarah hotel kopeng berikutnya
Saat zaman pendudukan Jepang
tahun 1942, tempat peristirahatan ini dikuasai oleh bangsa Jepang. Namun Jepang
hanya mampu menguasainya sampai tahun 1945, karena Jepang kalah dalam perang
Dunia II. Sehingga tempat peristirahatan tersebut dikuasai oleh Bangsa Indonesia,
yang kemudian diberi nama Hotel Merdeka.
Namun dalam kurun waktu dua tahun dari tahun 1947 sampai dengan 1949 Bangsa
Belanda datang lagi ke Indonesia dengan membonceng NICA, saat itu pula Belanda
menduduki lagi Hotel Merdeka yang selanjutnya dibumi hanguskan oleh penduduk
setempat, bangunan yang tersisa dijadikan rumah sakit dan markas militer
Belanda.” Data di lapangan Satu tahun kemudian tepatnya oleh Bangsa Indonesia
dibawah pimpinan Soekatgo. Pada
tahun 1952 tempat tersebut diserahkan kepada Dinas Perhutani setempat. Oleh Dinas Perhutani tempat tersebut
dijual kepada seorang berkebangsaan Tionghoa bernama Tan Kim Yang hingga tahun 1959, yang dikelola sebagai taman
rekreasi dan tempat peristirahatan. Dengan berjalannya waktu muncul Peraturan
Pemerintah Indonesia
bahwa tanah bekas milik Belanda tidak boleh dijual kepada perorangan, maka
tanah tersebut diambil alih oleh Kejaksaan Negeri setempat. Oleh Kejaksaan
negeri pada tanggal 9 Februari 1959 tanah berserta isinya tersebut diresmikan
dan diberi nama Taman Rekreasi dan Pemandian
Kopeng, yang dikelola oleh Koperasi Angkatan Darat Dam VII/Diponegoro sekarang
PUSKOPAD Dam IV/Diponegoro.
Ulasan
sejarah hotel kopeng versi penulis 1berikutnya
Dari data hasil penulusuran penulis untuk nama Hotel
Merdeka menurut data orang tua kakek buyut penulis nama ini adalah ide dari
pejuang lokal yang memenangkan perang dengan jepang kala itu. Mengenai
pengancuran dan pembumihangusan hotel merdeka menurut penduduk tua kelahiran
tahun 1930 an dan berdasar tempat-tempat yang ada yaitu bekas tempat bangunan
yang hancur dan terpendam, nampaknya bukan bangunan hotel kopeng yang saat ini
masih ada, akan tetapi bangunan yang mirip komplek atau asrama yang terletak tanah
di atas area bangunan hotel dimana tanah bekas bangunan saat ini berdiri SD
Inpres kopeng 3 dan Balai desa kopeng serta lapangan bola kopeng. Hal ini di
perkuat karena di area itu merupakan lahan milik desa yang digunakan oleh desa
dan bukan milik perorangan atau warga, disamping itu disekitar area itu tahun
90 an dimana penulis masih duduk di kelas 2 SMP, masih banyak di temukan reruntuhan dan bekas-bekas
batu bata dari sebuah bangunan yang di hancurkan, kemudian di lahan penduduk
ditemukan juga bekas jalan aspal dan bebatuan struktur jalan yang menuju
komplek area balai desa. Peristiwa ini ditemukan saat warga sekitar lapangan
membangun pondasi rumah tahun 95 yang lalu.
Menurut tulisan di sejarah versi
pengelola kopeng tertulis ada bangunan yang dibumi hanguskan oleh penduduk
setempat, bangunan yang tersisa dijadikan rumah sakit dan markas militer
Belanda. Bukti secara fisik mengenai peristiwa ini, sampai sekarang sudah penulis
telusuri belum ditemukan dimana lokasi
keberadaan bangunan yang nota bene dijadikan markas militer dan rumah sakit
belanda itu. Kalau memang benar bangunan ini ada karena tidak ikut di hancurkan
oleh pendudk seharusnya masih ada, akan tetapi dimana, ini yang masih menjadi
teka-teki penulis. Kalau berdasarkan informasi dan cerita masyarakat sekitar
informasi ini merujuk ke sebuah gedung berlantai 3, yaitu yang berlokasi di
dekat lapangan tennis yang saat ini masih ada, akan tetapi semenjak tahun 2002
silam banguna ini sudah dirobohkan karena sudah rapuh dan berbahaya, bangunan
ini seingat penulis memag mirip sebuah asrama berlantai 3 dengan banyak
kamar-kamar mirip rumah susun waktu itu. Waktu itu diberi nama wisma ………... (mohon
maaf penulis agak lupa , mohon tunggu edit tulisan I ini). Jika ini benar yang menjadi
pertanyaan apakah bangunan Hotel Merdeka yang ikut di hancurkan penduduk kala
itu bekas lokasinya dimana? Karena jika yang diberi nama hotel merdeka itu
adalah hotel kopeng atau hotel kartika wisata saat ini, nampaknya agak janggal,
karena bangunan ini baik-baik saja.
Merujuk versi sejarah yang
menuturkan keterlibatan orang berkebangsaan cina yang bernama “ Tan
Kim Yang” yang disebutkan sebagai pembeli lokasi hotel kopeng, yang
menurut cerita tak bertuan adalah penduduk yang berdomisili di kota salatiga 12
km dari kopeng, dimana dia adalah pedagang cina keturunan yang sangat kaya
perantauan dari Jakarta yang pergi ke kota salatiga saat itu guna mengembangkan bisnisnya di kota
kecil salatiga, hal ini dapat di telusuri akan sisa sejarah pedukungnya dimana
memang di kota salatiga banyak sekali orang-orang tiong hoa yang menetap,
sehingga salatiga dijuluki kota warga cina, beragama campuan antara Kristen dan
khonghucu, sebagai bukti intelektual di kota salatiga terdapat Sebuah
Universitas yang sudah cukup tua dan merupakan milik yayasan Kristen yang saat
ini bernama Universitas
Kristen Satyawacana (UKSW) salatiga, dimana di era tahun 90 an
hingga 2000 hampir 85% mahasiswanya adalah anak-anak keturunan cina.
Menurut cerita kakek buyut
penulis diceritakan bahwa di tahun sesudah
tahun 1952 hingga tahun 1959 dimana saat itu hotel kopeng menjadi milik
Tan Kim Yang, bersamaan dengan itu banyak tanah-tanah milik penduduk yang juga
di beli oleh warga cina baik dari salatiga ataupun Jakarta, dan mereka
membangun Villa-villa penginapan kelurga di sekitar area hotel pemandian
kopeng, tepatnya di sebelah timur utara dan barat. Dan hal ini memang dapat
dibuktikan kebenaranya karena memang di sekitar area induk hotel kopeng banyak
berdiri bangunan berbentuk Villa Peristirahatan atau villa liburan, adapun
bangunan Villa itu diantaranya bernama, Villa Mimosa (sudah roboh), Villa
Hysola, Villa cemara dua, Villa Amal Gamasi, Villa Indra, Villa Jakarta Loyt (sudah alih fungsi menjadi
rumah penduduk)………
Semua bangunan ini rata-rata
bercorak cina eropa, dengan luas halaman yang cukup luas, berpagar kayu, dan
terdapat pohon cemara disana sini. Saking tuanya bangunan-bangunan ini hingga
saat ini banyak yang tak terurus semenjak pekerja atau penjaga yang merupakan
penduduk setempat sudah tua dan meninggal, dan bahkan di tinggalkan begitu saja
oleh pemiliknya yang syah, dan bahkan beberapa diantaranya desa kesulitan untuk
menemui ahli warisnya guna kepastian hukum beberapa bangunan villa ini. Disamping
itu juga di tahun 55 hingga 60 –an juga berdiri wisma-wisma yang didirikan oleh
kesatuan dari angakatan darat seperti Wisma Akabri, Wisma Garuda (hotel Garuda
saat ini), Wisma Patuh, Wisma Teguh.
Dari kondisi sejarah dan fakta inilah
tak mustahil jika 35 tahun silam kopeng dan Jakarta bak tuan dan nyonya, Jakarta
berliburnya adalah ke kopeng, dan kopeng adalah istana peristirahatanya
orang-orang berduit dari Jakarta, seperti yang pernah penulis tulis di halaman
lain blog ini. Ini semua tak terlepas dari warga keturunan dari cina perantauan
ini.
Catatan
buat Pembaca.
Jika anda adalah keturunan
ataupun orang yang sedikit banyak mengetahui sejarah Villa-villa tua di kopeng
ini, dan bahkan Bangunan Hotel kopeng yang masih ada saat ini, penulis sangat
senang jika anda para pembaca mau mengirimkan ulasan-ulasan ataupun cerita dan
bahkan bukti dari situs hotel dan komplek wisata kopeng jika anda punya, guna
kelengkapan tulisan dan kekayaan informasi sejarah tempat lahirnya penulis ini.
Ini semua semata-mata untuk sekedar catatan buat generasi penerus anak dan cucu
kelak, agar tak melupakan sejarah yang sangat tak ternilai harganya ini. Penulis
tunggu emailnya di : uttan_ku@yahoo.co.id.
Pesan penulis jika anda seorang mahasiswa jurusan Sejarah ataupun jurusan yang
terkait dan ingin mencari sebuah studi penelitian mengenai sejarah cagar
budaya, mungkin di kopeng ini bisa anda jadikan alternatip buat anda studi
lebih lanjut. Silahkan ditelusuri dan penulis siap membantu sebisa penulis,
akhir kata untuk sementara hanya ucapan terimakasih buat seluruh pembaca blog
ini.
Salam Bahagia
Terima kasih atas Bantuanya.